Kepemimpinan Kristiani

Kepemimpinan Kristiani

Kepemimpinan Kristiani

A. Definisi Kepemimpinan Secara Umum
     Ada begitu banyak definisi tentang kepemimpinan karena begitu banyak ahli maupun para tokoh yang mencoba untuk mendefinisikannya. Perkins dengan mengutip Dwight D. Eisenhower mendefinisikan kepemimpinan sebagai seni membuat orang lain melakukan sesuatu yang ingin anda lakukan karena ia ingin melakukannya. Sementara itu Wahono menyimpulkan kepemimpinan sebagai suatu proses dan perilaku untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan Wikipedia menyatakan Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri. Secara lugas Maxwell menyimpulkan kepemimpinan sebagai pengaruh, yaitu kemampuan untuk mendapatkan pengikut. Definisi atau pengertian di atas bersifat universal karena tidak memperhitungkan norma-norma dan nilai-nilai yang melekat pada para pemimpinnya. Yesus adalah pemimpin, demikian juga Hitler, Obama dan Stalin juga seorang pemimpin. Dengan demikian, pengertian tentang kepemimpinan secara umum berbeda dengan pengertian kepemimpinan kristiani walaupun ada beberapa bagian yang sama.

B. Definisi Kepemimpinan Kristiani (Rohani)
Beberapa definisi kepemimpinan Kristiani menurut para ahli, yaitu :
•  Robert Clinton : “Tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah.”
• George Barna : “Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil oleh Allah untuk memimpin; dia memimpin dengan dan melalui karakter seperti Kristus; dan menunjukkan kemampuan fungsional yang memungkinkan kepemimpinan efektif terjadi.”
• Henry & Richard Blackaby : “Kepemimpinan rohani adalah menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah.”
Dari beberapa definisi di atas terlihat bahwa kepemimpinan rohani memiliki persamaan dengan kepemimpinan secara umum dalam hal mempengaruhi atau menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Sedangkan perbedaannya adalah kepemimpinan rohani berdasarkan panggilan dari Allah secara pribadi untuk melaksanakan rencana Allah, dengan berdasarkan karakter Kristus. Lebih lanjut Silitonga menguraikan dua perbedaan prinsip yang menjadikan seseorang disebut pemimpin rohani yaitu prinsip penyangkalan diri akan kemampuan diri sendiri (the self) untuk mengembangkan diri karena hanya mengizinkan manifestasi Kristus melalui dan di dalam dirinya dan prinsip otoritas, yaitu otoritas yang bukan berasal dari dirinya sendiri melainkan berasal dari Allah. Kedua prinsip inilah yang akan membedakan pemimpin rohani dari pemimpin sekuler. Jadi pemimpin kristiani adalah pribadi yang dipanggil oleh Allah untuk melaksanakan tugas-tugas-Nya sehingga seorang pemimpin kristiani mempunyai perpaduan antara sifat-sifat alamiah dan sifat-sifat spiritualitas Kristen. Sifat-sifat alamiahnya akan mencapai tingkat efektivitas yang benar dan tertinggi ketika dipakai untuk melayani dan memuliakan Allah. Sedangkan sifat-sifat rohaninya berasal dari kuasa Roh Kudus yang mengalir melaluinya kepada orang lain tanpa terhalang untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya untuk menaati dan memuliakan Allah. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa kepemimpinan rohani berasal dari panggilan Allah secara pribadi bagi kemuliaan-Nya saja sedangkan kepemimpinan secara umum berasal dan bertujuan bagi kepentingan manusia dan atau organisasi dunia.

C. Arti dari Kepemimpinan Kristiani
Dasar dari kepemimpinan kristiani berasal dari Firman Tuhan yaitu Markus 10:42-45 “Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”  Markus 10:42-45 menjadi tonggak perbedaan secara esensi antara kepemimpinan secara umum dan kepemimpinan rohani. Ayat-ayat ini diaplikasikan menjadi istilah “servant leadership” (kepemimpinan hamba). MacArthur menyatakan bahwa jenis kepemimpinan yang paling sejati dan benar adalah yang mengutamakan pelayanan, pengorbanan, dan sikap tidak mementingkan diri sendiri. Orang yang sombong dan mengagungkan diri sendiri, jauh dari citra pemimpin yang berdasar pada Kristus, tidak perduli seseorang itu memiliki kekuatan politik atau memegang kekuasaan yang besar. Pemimpin Kristen sejati menemukan bahwa kepemimpinan dimulai dari handuk dan baskom -- dalam peran seorang pelayan. Dengan kata lain, seorang pemimpin adalah seorang pelayan yang melayani tujuan-tujuan Allah dengan diwujutkan melayani orang-orang yang dipimpinnya di dunia sesuai kehendak-Nya. Tentu saja proses pembentukan seorang pemimpin rohani tidaklah mudah. Ada penelitian yang dikenal sebagai teori perkembangan kepemimpinan.

D. Teori Perkembangan Kepemimpinan
Teori ini dikembangkan oleh seorang asisten Profesor bidang kepemimpinan dan pengembangan di School of World Mission, Fuller Theological Seminary yang bernama Dr. J. Robert Clinton. Teori perkembangan kepemimpinan dimulai dengan membuat sebuah garis kehidupan. Garis kehidupan setiap orang adalah unik tetapi ada beberapa pola yang umum. Meskipun pola ini tidak pasti benar untuk setiap orang, tetapi pola ini memberikan sebuah kerangka dasar yang dapat dipakai. Ada lima fase perkembangan yang umum dan kadang-kadang ada fase yang ke-enam yaitu perayaan. Lima fase dalam perkembangan kepemimpinan yang ada dalam kehidupan nyata, yaitu: 
• Kedaulatan Dasar.
Allah bekerja menyediakan semua bahan dasar kehidupan seperti karakter, pengalaman baik dan buruk, dan konteks waktu yang dipakai Allah. Sering kepribadian terlihat berkorelasi dengan talenta rohani. Biasanya pembatas antara fase ini dan fase kedua adalah pertobatan di mana setelah pertobatan calon pemimpin ingin melayani dan menghabiskan waktunya secara berarti kepada Allah.
• Pertumbuhan Batiniah.
Dalam fase ini calon pemimpin menerima beberapa bentuk latihan yang sering kali berbentuk informal dalam pelayanan (misalnya magang, proses pembimbingan, model peniruan). Kadang-kadang latihan ini berbentuk formal dalam seminari. Program latihan yang sebenarnya ada dalam hati di mana Allah melakukan beberapa ujian pertumbuhan.
• Pendewasaan Pelayanan.
Pada fase ini, pemimpin baru menjadikan pelayanan sebagai fokus utama hidupnya. Aktivitas utamanya adalah pelayanan. Ia akan mendapatkan latihan lebih lanjut secara informal (pembelajaran pribadi) juga secara formal (lokakarya praktis). Selama fase pertama sampai fase tiga, Allah terutama bekerja di dalam pemimpin (bukan melalui dia). Sekalipun pelayanannya berbuah banyak, hal yang utama adalah proses Allah dalam dirinya yaitu “membentuk karakter Kristus dalam dirinya”. Inilah yang memberikan kuasa dalam pelayanannya.
• Pendewasaan Hidup.
Dalam fase ini, pemimpin mengenali dan menggunakan paduan talentanya dengan kuasa sehingga ada buah yang matang. Allah menggunakan kehidupan seseorang maupun talentanya untuk mempengaruhi pemimpin. Hal ini disebut model peniruan (Ibr. 13:7-8). Dalam fase ini pemimpin belajar untuk meletakkan prioritas pelayanan.
• Pemusatan.
Dalam fase ini, secara jangka panjang Allah sedang menyiapkan pemimpin untuk masuk dalam fase pemusatan atau integrasi. Dia sedang mengubah pemimpin menjadi serupa dengan citra Kristus (Rm. 8:28-29). Dalam tahap ini pemimpin digerakkan untuk memasuki peran yang sesuai dengan paduan talenta, pengalaman, temperamen, dsb. Salah satu proses yang terjadi adalah ujian integritas yang menguji konsistensi karakter. Hasil dari ujian integritas yang berhasil adalah pemimpin yang lebih kuat dan melayani Allah dalam lingkup pengaruh yang lebih luas. Proses Allah yang lain dapat berupa pengucilan, krisis, sakit, dan penganiayaan. Ujian ini biasa terjadi pada fase pertumbuhan batiniah dan pada bagian awal pelayanan. Sayangnya, tidak banyak pemimpin yang mengalami tahap ini karena sering sebelumnya mereka diberikan suatu peran/posisi yang menghalangi paduan talenta mereka. Dalam menjalani kehidupan pelayanan sehari-hari , tidak jarang seorang pemimpin menghadapi berbagai kesulitan baik kesulitan dari dalam dirinya sendiri (tempramen, karakter, dll) maupun kesulitan yang berasal dari luar dirinya (keluarga, jemaat, lingkungan sosial, dll). Oleh karenanya seorang pemimpin harus mempunyai sumber kekuatan terbesar yang berasal dari luar dirinya yaitu Allah sendiri. Tanpa Allah menopang hidupnya, pemimpin akan gagal.
 
E. Sumber Kekuatan Seorang Pemimpin
Seorang pemimpin bagaikan sebuah mesin yang mempunyai ketergantungan pada sumber tenaga. Ketika sebuah mesin kehabisan sumber tenaganya (misalnya bensin), dapat dipastikan mesin itu akan berhenti beroperasi. Oleh karenanya seorang pemimpin harus sadar akan ketergantungannya pada sumber kekuatannya, yaitu Allah sendiri. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pemimpin akan hubungannya dengan Allah yaitu:
• Persekutuan.
Allah adalah sumber kekuatan pemimpin dan persekutuan dengan Allahlah yang menghidupkan kekuatan tersebut sehingga efektif dalam hidupnya (Filipi 4:13; 2 Sam. 22:33)
• Firman Allah.
Allah berbicara melalui Firman-Nya (2 Tim 3:16-17) sehingga pemimpin harus masuk ke dalam Firman-Nya dan Firman-Nya harus masuk ke dalam dirinya. Masuk ke dalam Firman-Nya melalui membacanya, mempelajarinya, mendengarkan khotbah dan menghafalnya. Firman itu masuk ke dalam pemimpin melalui meditasi atau penyerapan ke dalam kehidupan rohaniah.
• Doa.
Allah berbicara melalui Firman-Nya dan pemimpin berbicara kepada Allah melalui doa. Lukas 18:12-14 memberikan contoh doa orang Farisi dan pemungut cukai. Doa orang Farisi bagaikan berbicara memakai “mikrofon rohani” untuk menyombongkan diri sedangkan doa pemungut cukai adalah doa yang keluar dari dalam hati dan doa yang merendahkan dirinya. Doa pemimpin seharusnya dikonsentrasikan pada pertumbuhan rohani jemaatnya (Kol. 1:9-10) dan berdoa bagi kematangan rohani jemaat dan agar Allah memakai mereka untuk bekerja di ladang-Nya (Mat. 9:36-38).
• Ketaatan.
Tidak ada persekutuan tanpa ketaatan kepada atasan dan Yesus lebih dari atasan pemimpin (Yoh. 14:21; Luk. 6:46-49). Di pihak lain, kehidupan Yesus di dunia yang penuh ketaatan kepada Allah adalah motivasi terbesar bagi para pengikut-Nya.
Semua pemimpin rohani pasti berharap dapat menyelesaikan tugas yang diberikan Allah kepadanya dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain setiap pemimpin ingin menyelesaikan pelayanannya dengan tuntas di hadapan Allah yang memberinya tugas tersebut. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh para pemimpin yang menurut Alkitab menyelesaikan tugasnya dengan tuntas.

F. Karakteristik Mereka Yang Menyelesaikan Pelayanannya dengan Tuntas
Belajar dari Alkitab, ada enam karakteristik para pemimpin yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan tuntas, yaitu:
• Mempunyai hubungan pribadi yang mendalam dengan Allah sampai akhir hidup mereka.
• Memelihara sikap belajar tanpa henti. Pemimpin adalah seorang murid kehidupan dan mampu belajar dari kehidupan.
• Mempunyai karakter seperti Yesus yang ditunjukkan dari buah-buah roh yang dihasilkan.
• Menjalani hidup dengan keyakinan dan iman yang telah dinyatakan Allah kepadanya. Janji Allah adalah dasar iman dan berdasar iman membuat keputusan.
• Meninggalkan kontribusi utama atau warisan yang menjadi kesaksian hidupnya yang memuliakan Allah.
• Menjalani hidupnya dengan kesadaran akan panggilan hidupnya dan melihat semua atau sebagian panggilan itu menjadi kenyataan.




share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 11:44 and have 0 komentar

No comments:

Post a Comment