Pandangan penganut Baptis Selam dan Percik

Pandangan penganut Baptis Selam dan Percik



Pandangan penganut Baptis Selam dan Percik
Baptis Percik
            Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa baptisan air adalah suatu tanda kelihatan dari karya Roh Kudus yang tidak kelihatan, yakni pekerjaan-Nya melahir-barukan orang berdosa. Baptisan air melambangkan baptisan Roh Kudus. Dalam Alkitab, air adalah simbol untuk melukiskan Roh Kudus (Yoh. 7:38-39). Dengan demikian, maka baptisan air adalah lambang untuk menyatakan baptisan Roh Kudus. Alkitab juga mencatat bahwa karya Roh Kudus dalam kehidupan manusia selalu digambarkan sebagai ‘turun dari atas’ atau ‘dicurahkan dari atas’. Ketika para rasul mengalami penggenapan nubuat ini, mereka semua dihinggapi oleh “lidah-lidah seperti nyala api” simbol dari Roh Kudus yang turun dari langit (Kis. 2:2-4).Pada saat Tuhan Yesus menerima baptisan air dari Yohanes maka segera setelah itu, Roh Kudus turun ke atas diri-Nya dalam bentuk burung merpati (Mat. 3:16, Mark. 1:10, Luk. 21-22).
Baptisan Selam
            Mereka berkeyakinan bahwa kata Yunani untuk membaptis yaitu “baptizw” (baptizo) atau kata infinitive-nya “baptizein” (baptizein) selalu bermakna utama mencelupkan atau menenggelamkan ke dalam air. Berlandaskan arti hurufiah kata ini, mereka sangat menekankan bahwa makna literal ini dengan sendirinya sudah menunjukkan cara baptisan yang tidak lain adalah dengan diselamkan. Karena tidak bersifat “single-meaning” maka jika kelompok yang memegang baptisan selam telah memakai salah satu maknanya yaitu ‘mencelupkan’ untuk dijadikan penentu metode baptisan, maka golongan yang melaksanakan baptisan percik juga berhak mengambil makna lain dari kata  to wash atau to purify by washing untuk dipakai sebagai penentu cara baptisan.  Pada intinya, arti dari kata “baptizw“ dan “baptizein” tidak bisa menjadi argumentasi yang definitif untuk menentukan satu-satunya cara yang sah dalam pembaptisan. Fakta adanya aneka-arti untuk kata “baptizw“ dan “baptizein” menyatakan bahwa tidaklah memadai jika cara baptisan ditentukan hanya berdasarkan makna literal dari kata aslinya. Kedua, pada beberapa bagian Alkitab, kata “baptizw“ atau “baptizein” yang dipakai sangat jelas tidak mengandung arti menenggelamkan atau mencelupkan. Misalnya, Mark. 7:4, kata yang diterjemahkan oleh LAI sebagai “membersihkan dirinya” dalam bahasa Yunaninya adalah membaptis.
Teks Alkitab lainnya yang dipakai untuk mendukung metode baptisan selam adalah Yoh. 3:23. Dikatakan pada bagian ini bahwa Yohanes membaptis di dekat Salim ‘sebab disitu banyak air.’ Kata banyak air ini dianggap sebagai indikasi tentang baptisan selam. Robert Rayburn berpendapat bahwa sebenarnya itu tidak dimaksudkan demikian. Karena kata aslinya bukan mengatakan ‘banyak air’ tetapi lebih tepat ‘beberapa air’ atau ‘beberapa mata air’.
Kontradiksi baptis selam
Pada hari Pentakosta, terjadi pertobatan massal sebagai respon terhadap khotbah yang diberitakan oleh rasul Petrus. Ada 3.000 orang bertobat dan pada hari itu juga mereka dibaptiskan (Kis. 2:41). Mungkinkah 12 rasul yang ada bisa membaptis orang percaya sebanyak ini dalam satu hari? “Tidak cukup fasilitas untuk membaptis selam 3.000 orang pada hari itu di Yerusalem. Di Yerusalem tidak cukup air untuk membaptis semua ukuran orang. Bahkan dengan hanya 12 rasul yang membaptis, tidak cukup waktu untuk melakukan baptisan selam.     



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 04:18 and have 0 komentar

No comments:

Post a Comment