Pembagian Pengakuan Iman Rasuli
Bagian
1 :
Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi.
Pendahuluan
Untuk melawan aliran-aliran sesat yang sudah berkembang dalam jemaat mula-mula (seperti Gnostik dan Doketisme) bapa-bapa gereja menyusun rumusan Pengakuan Iman Rasuli yang memuat unsur-unsur: 1. Aku percaya kepada Allah Bapa, 2. Aku percaya kepada Kristus Yesus, 3. Aku percaya kepada Roh Kudus. Tidak jelas sejak kapan Pengakuan Iman Rasuli dirumuskan, namun dalam surat Uskup Mercellus dari Ankyra yang hidup tahun AD 340 ditemukan kutipan rumusan Pengakuan Iman Rasuli tersebut dalam bahasa Yunani. Oleh Rufinus (meninggal AD 410) teksnya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan diberi judul Symbolum Apostolorum (= Pengakuan Iman Para Rasuli) dan dibacakan dalam gereja-gereja Roma Khatolik. Sampai sekarang telah menjadi milik seluruh gereja di dunia.
Aku Percaya Kepada Allah Bapa
Seorang yang berkata Aku percaya tidak sekedar mengakui adanya Tuhan, menjadi seorang yang beragama atau beribadat, menyetujui sejumlah kebenaran tentang ketuhanan, melakukan berbagai syarat agama, menjalankan kehidupan yang baik atau menjadi orang jujur. Bahkan percaya lebih dari sekedar menghormati dan membaca Alkitab sebagai Firman Tuhan. Tapi percaya adalah tindakan iman, yaitu iman yang menuntun kita untuk menjalani hidup seperti apa yang sudah kita terima dari Alkitab sebagai Firman Allah. Jadi, itu bukan karena hasil usaha sendiri dari manusia, melainkan karena pimpinan Roh Kudus yang menuntun hidup orang percaya ke dalam persekutuannya dengan Allah (Efesus 2:8-9; Roma 1:16-17).
Maka seorang yang dengan mantap berkata Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi menyatakan pada dunia bahwa orang tersebut menyatukan percayanya kepada Allah yang dipanggil sebagai Bapa. Dialah yang menyediakan langit dan bumi, Dialah Allah satu-satunya yang Mahakuasa, tidak ada yang lain. Dalam pengakuan tersebut terkandung makna: seluruh hidup manusia dan seanteronya ada dalam genggaman tangan Allah, karena Dia Mahakuasa atas segala-galanya. Seluruh pergumulan dan masalah dapat disampaikan dan diselesaikan oleh Allah karena Dia Bapa kita. Segala sesuatu berasal dari padaNya karena Dialah Khalik langit dan bumi. Maka manusia harus berterimakasih dan mengembalikan syukur padaNya.
Untuk melawan aliran-aliran sesat yang sudah berkembang dalam jemaat mula-mula (seperti Gnostik dan Doketisme) bapa-bapa gereja menyusun rumusan Pengakuan Iman Rasuli yang memuat unsur-unsur: 1. Aku percaya kepada Allah Bapa, 2. Aku percaya kepada Kristus Yesus, 3. Aku percaya kepada Roh Kudus. Tidak jelas sejak kapan Pengakuan Iman Rasuli dirumuskan, namun dalam surat Uskup Mercellus dari Ankyra yang hidup tahun AD 340 ditemukan kutipan rumusan Pengakuan Iman Rasuli tersebut dalam bahasa Yunani. Oleh Rufinus (meninggal AD 410) teksnya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan diberi judul Symbolum Apostolorum (= Pengakuan Iman Para Rasuli) dan dibacakan dalam gereja-gereja Roma Khatolik. Sampai sekarang telah menjadi milik seluruh gereja di dunia.
Aku Percaya Kepada Allah Bapa
Seorang yang berkata Aku percaya tidak sekedar mengakui adanya Tuhan, menjadi seorang yang beragama atau beribadat, menyetujui sejumlah kebenaran tentang ketuhanan, melakukan berbagai syarat agama, menjalankan kehidupan yang baik atau menjadi orang jujur. Bahkan percaya lebih dari sekedar menghormati dan membaca Alkitab sebagai Firman Tuhan. Tapi percaya adalah tindakan iman, yaitu iman yang menuntun kita untuk menjalani hidup seperti apa yang sudah kita terima dari Alkitab sebagai Firman Allah. Jadi, itu bukan karena hasil usaha sendiri dari manusia, melainkan karena pimpinan Roh Kudus yang menuntun hidup orang percaya ke dalam persekutuannya dengan Allah (Efesus 2:8-9; Roma 1:16-17).
Maka seorang yang dengan mantap berkata Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi menyatakan pada dunia bahwa orang tersebut menyatukan percayanya kepada Allah yang dipanggil sebagai Bapa. Dialah yang menyediakan langit dan bumi, Dialah Allah satu-satunya yang Mahakuasa, tidak ada yang lain. Dalam pengakuan tersebut terkandung makna: seluruh hidup manusia dan seanteronya ada dalam genggaman tangan Allah, karena Dia Mahakuasa atas segala-galanya. Seluruh pergumulan dan masalah dapat disampaikan dan diselesaikan oleh Allah karena Dia Bapa kita. Segala sesuatu berasal dari padaNya karena Dialah Khalik langit dan bumi. Maka manusia harus berterimakasih dan mengembalikan syukur padaNya.
Bagian
2 :
"Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita".
Pendahuluan
Pengakuan kedua rumusan Pengakuan Iman Rasuli ini adalah Aku percaya kepada Yesus Kristus! Pengakuan percaya ini adalah inti dari iman Kristen, bahwa Yesus yang lahir di Betlehem besar di Nazaret sesuai dengan catatan Kitab Suci adalah Kristus. Dialah Anak Allah Bapa Yang Tunggal, Tuhan kita. Rumusan ini dibuat demikian sebagai respon terhadap kalangan yang mengaku Kristen namun tidak mengakui ketuhanan Yesus. Kelompok seperti Arianisme dan Ebionisme (abad AD 2-3) menolak bahwa Yesus itu Allah. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran pemahaman iman diantara jemaat, maka gereja merumuskan Pengakuan Iman tersebut sebagai penegasan.
Yesus yang disebut Kristus adalah Tuhan
Yesus Kristus adalah Allah yang sejati. Dialah Juruselamat yang datang dari Allah untuk menyelamatkan dunia dan manusia (Matius 1:21). Dialah Kristus (Ibraninya Mesias) yaitu Dialah yang diurapi oleh Allah menjadi Nabi, Imam dan Raja yang tiada taranya. Dialah Anak Allah Yang Tunggal, sungguh-sungguh Tuhan, artinya : dalam kedatangan Yesus itu sebenarnya Allah sendiri yang mendatangi manusia dengan membawa keselamatan yang daripadaNya.
Bukti-bukti keberadaan Yesus adalah
Tuhan:
- Yesus menyatakan diriNya : Aku dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30).
- Dialah Firman yang telah menjelma jadi manusia (Yohanes 1:1, 14).
- Kekekalan sebagai Allah ada pada Yesus (Yohanes 8:58 ).
- Kelahiran, kehidupan, kematian, kebangkitan dan kenaikanNya yang ajaib, dsb.
Jadi, pengakuan kita yang pertama Aku percaya kepada Allah Bapa....... dengan pengakuan Dan kepada Yesus Kristus........ merupakan penyataan yang sederajat karena kualitas ilahi keduanya sama. Namun pengakuan percaya tersebut tidak berarti kita percaya pada dua Tuhan. Kita percaya kepada Allah yang sudah memperkenalkan diriNya didalam Yesus Kristus. Artinya : Kita percaya pada Yesus Kristus, yang sudah menyatakan kepada kita, siapa dan bagaimana Allah yang hidup itu sesungguhnya. Sebab itu Yesus Kristus diberi gelar Immanuel, artinya : Allah menyertai kita (Matius 1:23b).
- Yesus menyatakan diriNya : Aku dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30).
- Dialah Firman yang telah menjelma jadi manusia (Yohanes 1:1, 14).
- Kekekalan sebagai Allah ada pada Yesus (Yohanes 8:58 ).
- Kelahiran, kehidupan, kematian, kebangkitan dan kenaikanNya yang ajaib, dsb.
Jadi, pengakuan kita yang pertama Aku percaya kepada Allah Bapa....... dengan pengakuan Dan kepada Yesus Kristus........ merupakan penyataan yang sederajat karena kualitas ilahi keduanya sama. Namun pengakuan percaya tersebut tidak berarti kita percaya pada dua Tuhan. Kita percaya kepada Allah yang sudah memperkenalkan diriNya didalam Yesus Kristus. Artinya : Kita percaya pada Yesus Kristus, yang sudah menyatakan kepada kita, siapa dan bagaimana Allah yang hidup itu sesungguhnya. Sebab itu Yesus Kristus diberi gelar Immanuel, artinya : Allah menyertai kita (Matius 1:23b).
Bagian 3 : "Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari
anak dara Maria"
Pendahuluan
Pokok pikiran yang ingin dituangkan dalam bagian ini mengandung dua pokok kebenaran yang nampaknya berlawanan satu dengan lainnya, tetapi sesungguhnya menggambarkan keharmonisan pribadi Yesus Kristus (seringkali disebut paradoks Yesus : Dia manusia sekaligus Allah sejati !).
Pertama : Yesus itu manusia sejati, seperti halnya manusia lain, Yesus dikandung secara normal dan dilahirkan di Betlehem seperti bayi-bayi lainnya. Yesus sesungguhnya hanyalah manusia biasa sama seperti kita : perlu makan dan minum (Matius 4 : 2; Yohanes 19 : 28 ) merasakan sedih (Yohanes 11 : 38 ), lelah karena perjalanan jauh (Yohanes 4 : 6) dan lain sebagainya.
Kedua : Sekalipun demikian, Yesus yang lahir di Betlehem itu adalah Anak Allah itu sendiri, datang dari surga karena Ia datang dari Allah (Yohanes 8 : 23). Oleh sebab itu Yesus menjelma menjadi manusia dan bahwa Ia dikandung daripada Roh Kudus sebagai hakekat ilahi yang nyata. Dan tanda keajaiban lainnya, yaitu Ia lahir dari seorang anak dara bernama Maria. Artinya Yesus bukan dilahirkan dari benih seorang laki-laki yang mempunyai dosa namun oleh Roh Kudus tanpa dosa dengan mujizat sehingga seorang wanita yang masih perawan pun dapat mengandung dan melahirkan.
Namun perlu diingat : kalimat dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria tidak boleh diartikan bahwa ada suatu perkawinan antara Roh Kudus Allah sebagai Bapa dengan Maria sebagai ibu, sehingga Anak yang dilahirkan adalah Anak dari Bapa (pengertian secara fisik !). Konsep ini harus dipahami secara rohani karena peristiwa mengandungnya dan kelahiran Yesus Kristus adalah soal rohani, bukan yang bisa dimengerti secara akal budi atau secara fisik (bandingkan I Korintus 2 : 13 dab). Ingat apa yang pernah diajarkan Yohanes tentang orang-orang beriman : mereka dilahirkan kembali bukan secara daging, melainkan lahir daripada Roh (Yohanes 1 : 13; 3 : 3 dab) sehingga mereka yang percaya diangkat menjadi anak-anak Allah , karena anugerah Allah (Yohanes 1 : 12). Demikian halnya Yesus, sekalipun lahiriahnya sama seperti manusia lainnya, tapi yang istimewa dalam diri Yesus, Dialah Allah itu sendiri yang datang dalam rangka rencana keselamatan bagi manusia yang berdosa.
Pendahuluan
Pokok pikiran yang ingin dituangkan dalam bagian ini mengandung dua pokok kebenaran yang nampaknya berlawanan satu dengan lainnya, tetapi sesungguhnya menggambarkan keharmonisan pribadi Yesus Kristus (seringkali disebut paradoks Yesus : Dia manusia sekaligus Allah sejati !).
Pertama : Yesus itu manusia sejati, seperti halnya manusia lain, Yesus dikandung secara normal dan dilahirkan di Betlehem seperti bayi-bayi lainnya. Yesus sesungguhnya hanyalah manusia biasa sama seperti kita : perlu makan dan minum (Matius 4 : 2; Yohanes 19 : 28 ) merasakan sedih (Yohanes 11 : 38 ), lelah karena perjalanan jauh (Yohanes 4 : 6) dan lain sebagainya.
Kedua : Sekalipun demikian, Yesus yang lahir di Betlehem itu adalah Anak Allah itu sendiri, datang dari surga karena Ia datang dari Allah (Yohanes 8 : 23). Oleh sebab itu Yesus menjelma menjadi manusia dan bahwa Ia dikandung daripada Roh Kudus sebagai hakekat ilahi yang nyata. Dan tanda keajaiban lainnya, yaitu Ia lahir dari seorang anak dara bernama Maria. Artinya Yesus bukan dilahirkan dari benih seorang laki-laki yang mempunyai dosa namun oleh Roh Kudus tanpa dosa dengan mujizat sehingga seorang wanita yang masih perawan pun dapat mengandung dan melahirkan.
Namun perlu diingat : kalimat dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria tidak boleh diartikan bahwa ada suatu perkawinan antara Roh Kudus Allah sebagai Bapa dengan Maria sebagai ibu, sehingga Anak yang dilahirkan adalah Anak dari Bapa (pengertian secara fisik !). Konsep ini harus dipahami secara rohani karena peristiwa mengandungnya dan kelahiran Yesus Kristus adalah soal rohani, bukan yang bisa dimengerti secara akal budi atau secara fisik (bandingkan I Korintus 2 : 13 dab). Ingat apa yang pernah diajarkan Yohanes tentang orang-orang beriman : mereka dilahirkan kembali bukan secara daging, melainkan lahir daripada Roh (Yohanes 1 : 13; 3 : 3 dab) sehingga mereka yang percaya diangkat menjadi anak-anak Allah , karena anugerah Allah (Yohanes 1 : 12). Demikian halnya Yesus, sekalipun lahiriahnya sama seperti manusia lainnya, tapi yang istimewa dalam diri Yesus, Dialah Allah itu sendiri yang datang dalam rangka rencana keselamatan bagi manusia yang berdosa.
Bagian 4 : Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius
Pilatus , disalibkan mati dan dikuburkan turun ke dalam kerajaan maut
Pendahuluan
Pada bagian ini kita dijelaskan bagaimana Yesus harus mengalami penderitaan dan sengsara, bukan karena kesalahanNya sendiri, melainkan dalam rangka keselamatan manusia yang menyiksa dan membunuhNya.
Sejak pertama kali Yesus datang ke dunia sampai pada kematianNya, selalu akrab dengan penderitaan dan sengsara:
- Dilahirkan dalam kandang hewan.
- Hidup di tengah keluarga Yusuf dari Nazaret, seorang tukang kayu yang miskin.
- Masa pelayanan yang selalu dimusuhi dan difitnah oleh kelompok agamawan Yahudi (Farisi, Saduki dan Imam-imam).
- Mengalami penyiksaan fisik karena tuduhan palsu dan fitnah dari orang-orang yang membenciNya.
- Mati dan disalibkan dalam kehinaan dan disejajarkan dengan penjahat-penjahat besar.
- Dikuburkan pada kubur yang bukan milikNya sendiri (sebuah kubur pinjaman).
Namun sederetan panjang masa-masa kehidupan yang tidak mengenakkan tersebut rela ditanggungNya. Semua itu diterimaNya bukan karena Ia berdosa, tetapi oleh sebab Ia menyamakan diriNya dengan umat manusia. Dia memenuhi kewajiban yang ditugaskan kepadaNya oleh Sang Bapa, yakni membereskan jurang pemisah antara Allah dan manusia karena dosa, dan memulihkan hubungan yang benar antara Allah dan manusia .
Konsekwensi menebus dosa yaitu melalui darah korban yang dikuduskan. Yesuslah Anak Domba yang dikuduskan untuk korban tersebut (bandingkan Yohanes 1 : 29).
Artinya : Yesus sudah menanggung penderitaan dan murka Allah atas dosa-dosa kita. Yesus menjadi pengganti bagi kita untuk menerima upah dari dosa yang seharusnya kita tanggung. Dialah Hamba Allah yang menderita seperti yang digambarkan dalam Yesaya 53.
Dari teks pengakuan iman tersebut dipertegas bahwa Yesus menderita sengsara disalibkan mati (bukan pingsan atau mati suri) dan dikuburkan. Bahkan dipertegas fakta sejarahnya, yaitu dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, seorang wali negeri yang berkuasa atas provinsi Yudea. Nama Pilatus muncul dalam pengakuan iman tersebut sebagai fakta catatan sejarah, sekaligus peringatan tipe orang yang mecuci tangan tanda tak mau bertanggung jawab, sekalipun dia sanggup untuk itu. Di bawah perintahnyalah maka Yesus di salibkan dan mati.
Tafsiran-tafsiran berbeda mengenai "Turun ke dalam Kerajaan Maut".
1. Gereja Katholik menganggap bahwa hal itu berarti setelah Kristus mati Ia pergi ke "Limbus Patrum" di mana orang-orang kudus Perjanjian Lama menantikan wahyu dan penerapan penebusan-Nya, memberitakan Injil kepada mereka dan membawa mereka ke surga.
2. Kalangan Gereja Lutheran menganggap bahwa Kristus yang dimuliakan, Kristus turun ke bumi paling bawah untuk mengungkapkan dan mencapai penggenapan kemenangan-Nya atas iblis dan kuasa kegelapan, dan mengumumkan hukuman bagi mereka. Sebagian kaum Lutheran menempatkan perjalanan kemenangan ini antara kematian Kristus dan kebangkitan-Nya; sekelompok lain mengatakan hal ini terjadi setelah kebangkitan.
3. Gereja di Inggris percaya bahwa kendatipun tubuh Kristus berada dalam kuburan, jiwa-Nya pergi ke dalam kerajaan maut, khususnya ke Firdaus, tempat tinggal jiwa-jiwa orang benar, dan memberikan kepada mereka ungkapan kebenaran yang lebih penuh.
4. John Calvin menafsirkannya secara metafora, menunjukkan penderitaan akhir Kristus di atas kayu salib, di mana Ia sungguh-sungguh merasakan rasa sakit dari hempasan neraka. Katekismus Heidelberg juga berpendapat demikian. Menurut pendapat kalangan Reformed yang biasa, kalimat itu bukan saja menunjuk pada penderitaan di atas salib, tetapi juga penderitaan di taman Getsemani.
Alkitab sama sekali tidak pernah mengajarkan tentang Kristus yang secara harafiah turun ke dalam neraka. Lebih dari itu terdapat keberatan-keberatan yang serius terhadap pandangan ini. Kristus tentunya tidak akan mungkin turun ke neraka menurut tubuh, sebab tubuh-Nya ada dalam kubur. Jika seandainya Ia sungguh-sungguh turun ke neraka, maka yang paling mungkin adalah jiwa-Nya, dan itu berarti bahwa hanya setengah dari natur manusiawinya yang mengalami kehinaan ini (atau kemuliaan). Juga, sejauh Kristus belum bangkit dari antara orang mati, maka belumlah tiba waktunya untuk memasuki perjalanan kemenangan seperti yang dianggap kaum Lutheran. Dan akhirnya, pada saat kematian-Nya Kristus menyerahkan Roh-Nya kepada Bapa. Hal ini tampaknya menunjukkan bahwa Ia akan menjadi pasif bukannya aktif sejak kematian-Nya sampai kebangkitan-Nya dari kubur. Secara keseluruhan tampaknya yang terbaik adalah menggabungkan dua pemikiran:
a. bahwa Kristus menderita sakitnya neraka sebelum kematian-Nya, di Getsemani dan di atas salib; dan
b. bahwa Ia memasuki kehinaan kematian yang terdalam.
Soal Turun Dalam Kerajaan Maut :
Terutama ada 4 ayat dalam Alkitab yang harus kita perhatikan di sini:
1. Efesus 4:9, "Bukankah `Ia telah naik` berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?" Mereka yang mencari dukungan dari ayat ini menganggap perkataan "turun ke bagian bumi paling bawah" sama artinya dengan "kerajaan maut". Akan tetapi tafsiran semacam ini masih diragukan. Rasul Paulus berpendapat bahwa kenaikan Kristus memberikan presuposisi turun. Namun, lawan dari kenaikan Kristus ke surga adalah inkarnasi, bandingkan Yohanes 3:13. Sebagian besar para penafsir Alkitab menganggap bahwa kalimat "bagian bumi yang paling bawah" adalah bumi itu saja. Pernyataan itu dapat diperoleh dari Mazmur 139:15 dan lebih menunjuk pada inkarnasi.
2. 1 Petrus 3:18,19, yang membicarakan tentang Kristus "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi "memberitakan maklumat" kepada roh-roh di dalam penjara", Yesus Kristus memproklamirkan kemenangan-Nya kepada roh-roh di dalam penjara (ada masalah terjemahan pada ayat ini, lihat penjelasan disini). Ayat inilah yang dianggap menunjuk kepada Kristus yang turun ke dalam kerajaan maut dan menyatakan tujuan tindakan itu. Roh yang disebutkan itu kemudian dianggap sebagai jiwa Kristus dan "memproklamirkan kemenangan-Nya" ini dianggap terjadi antara kematian dan kebangkitan-Nya. Tetapi ini pun sama tak mungkinnya dengan yang lain. Roh yang disebutkan bukanlah jiwa Kristus, melainkan Roh yang mengaktifkannya, dan oleh Roh pemberi hidup yang sama itulah Kristus "memberitakan maklumat". Pandangan Protestan yang umum akan ayat ini adalah bahwa di dalam Roh, Kristus "memproklamirkan kemenangan-Nya" melalui Nuh, pada orang-orang yang tidak taat yang hidup sebelum masa air bah. Roh-roh itu ada di dalam penjara ketika Petrus menulis surat ini, oleh karena itu dapat dianggap demikian. Bavinck menganggap hal ini tidak dapat diterima dan menafsirkan ayat ini menunjuk kepada kenaikan Tuhan Yesus, yang dianggapnya sebagai "memberitakan maklumat" yang kaya, penuh kemenangan, dan kuasa pada roh-roh yang di penjara.
3. 1 Petrus 4:4-6, terutama ayat 6, yang berbunyi: "Itulah sebabnya maka "Injil" (kabar baik) telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka sama seperti semua manusia dihakimi secara badani; tetapi oleh Roh dapat hidup menurut kehendak Allah" (lihat penjelasan disini). Dalam kaitan ini Petrus memperingatkan para pembaca bahwa mereka tidak boleh hidup seluruhnya dalam daging dan nafsu manusia, tetapi menurut kehendak Allah, bahkan juga jika mereka harus menentang kawan-kawan mereka yang lama dan dihina oleh mereka, sebab mereka harus mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka di hadapan Tuhan, yang siap menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Bagaimanapun juga Petrus membicarakan roh-roh yang sama yang dipenjarakan, yang disebut dalam pasal sebelumnya.
4. Ada kesimpulan bahwa jiwa Kristus berada dalam Hades (alam maut/ kerajaan maut) sebelum kebangkitan-Nya. Akan tetapi kita harus memperhatikan hal berikut ini:
Yesus masuk ke dalam alam maut, itu betul, karena pada kenyataannya Ia memang mati secara tubuh, tetapi apakah Ia terikat pada alam tersebut selama 3 hari? Jangan lupa, sebagai Allah, Yesus Kristus itu "Maha-hadir", saat mayat-Nya ada di dalam kubur, Dia pun pergi memproklamirkan kemenangan-Nya atas maut kepada roh-roh di dalam penjara (1 Petrus 3:19-20). Sebagai Allah, Yesus Kristus tidak dibatasi oleh ruang dan waktu (kecuali jika anda menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah Allah). Harus kita perhatikan bahwa ada ayat yang menulis bahwa Dia pun ada di Firdaus pada hari kematianNya:
5. Lukas 23:43
LAI TB, Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
KJV, And Jesus said unto him, Verily I say unto thee, To day shalt thou be with me in paradise.
TR, και ειπεν αυτω ο ιησους αμην λεγω σοι σημερον μετ εμου εση εν τω παραδεισω
Translit Interlinear, kai {dan} eipen {Dia berkata} autô {kepadanya} ho iêsous {Yesus} amên {amin (sesungguhnya)} legô {Aku berkata} soi {kepadamu} sêmeron {hari ini} met {bersama} emou {Aku} esê {engkau ada} en {didalam} tô paradeisô {Firdaus}
Dapat kita lihat frasa "Aku berkata kepadamu sesungguhnya hari ini", jadi Yesus berkata "hari ini" dengan pengertian bukan kemarin dan bukan esok, Ia bisa berada di Firdaus.
Pendahuluan
Pada bagian ini kita dijelaskan bagaimana Yesus harus mengalami penderitaan dan sengsara, bukan karena kesalahanNya sendiri, melainkan dalam rangka keselamatan manusia yang menyiksa dan membunuhNya.
Sejak pertama kali Yesus datang ke dunia sampai pada kematianNya, selalu akrab dengan penderitaan dan sengsara:
- Dilahirkan dalam kandang hewan.
- Hidup di tengah keluarga Yusuf dari Nazaret, seorang tukang kayu yang miskin.
- Masa pelayanan yang selalu dimusuhi dan difitnah oleh kelompok agamawan Yahudi (Farisi, Saduki dan Imam-imam).
- Mengalami penyiksaan fisik karena tuduhan palsu dan fitnah dari orang-orang yang membenciNya.
- Mati dan disalibkan dalam kehinaan dan disejajarkan dengan penjahat-penjahat besar.
- Dikuburkan pada kubur yang bukan milikNya sendiri (sebuah kubur pinjaman).
Namun sederetan panjang masa-masa kehidupan yang tidak mengenakkan tersebut rela ditanggungNya. Semua itu diterimaNya bukan karena Ia berdosa, tetapi oleh sebab Ia menyamakan diriNya dengan umat manusia. Dia memenuhi kewajiban yang ditugaskan kepadaNya oleh Sang Bapa, yakni membereskan jurang pemisah antara Allah dan manusia karena dosa, dan memulihkan hubungan yang benar antara Allah dan manusia .
Konsekwensi menebus dosa yaitu melalui darah korban yang dikuduskan. Yesuslah Anak Domba yang dikuduskan untuk korban tersebut (bandingkan Yohanes 1 : 29).
Artinya : Yesus sudah menanggung penderitaan dan murka Allah atas dosa-dosa kita. Yesus menjadi pengganti bagi kita untuk menerima upah dari dosa yang seharusnya kita tanggung. Dialah Hamba Allah yang menderita seperti yang digambarkan dalam Yesaya 53.
Dari teks pengakuan iman tersebut dipertegas bahwa Yesus menderita sengsara disalibkan mati (bukan pingsan atau mati suri) dan dikuburkan. Bahkan dipertegas fakta sejarahnya, yaitu dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, seorang wali negeri yang berkuasa atas provinsi Yudea. Nama Pilatus muncul dalam pengakuan iman tersebut sebagai fakta catatan sejarah, sekaligus peringatan tipe orang yang mecuci tangan tanda tak mau bertanggung jawab, sekalipun dia sanggup untuk itu. Di bawah perintahnyalah maka Yesus di salibkan dan mati.
Tafsiran-tafsiran berbeda mengenai "Turun ke dalam Kerajaan Maut".
1. Gereja Katholik menganggap bahwa hal itu berarti setelah Kristus mati Ia pergi ke "Limbus Patrum" di mana orang-orang kudus Perjanjian Lama menantikan wahyu dan penerapan penebusan-Nya, memberitakan Injil kepada mereka dan membawa mereka ke surga.
2. Kalangan Gereja Lutheran menganggap bahwa Kristus yang dimuliakan, Kristus turun ke bumi paling bawah untuk mengungkapkan dan mencapai penggenapan kemenangan-Nya atas iblis dan kuasa kegelapan, dan mengumumkan hukuman bagi mereka. Sebagian kaum Lutheran menempatkan perjalanan kemenangan ini antara kematian Kristus dan kebangkitan-Nya; sekelompok lain mengatakan hal ini terjadi setelah kebangkitan.
3. Gereja di Inggris percaya bahwa kendatipun tubuh Kristus berada dalam kuburan, jiwa-Nya pergi ke dalam kerajaan maut, khususnya ke Firdaus, tempat tinggal jiwa-jiwa orang benar, dan memberikan kepada mereka ungkapan kebenaran yang lebih penuh.
4. John Calvin menafsirkannya secara metafora, menunjukkan penderitaan akhir Kristus di atas kayu salib, di mana Ia sungguh-sungguh merasakan rasa sakit dari hempasan neraka. Katekismus Heidelberg juga berpendapat demikian. Menurut pendapat kalangan Reformed yang biasa, kalimat itu bukan saja menunjuk pada penderitaan di atas salib, tetapi juga penderitaan di taman Getsemani.
Alkitab sama sekali tidak pernah mengajarkan tentang Kristus yang secara harafiah turun ke dalam neraka. Lebih dari itu terdapat keberatan-keberatan yang serius terhadap pandangan ini. Kristus tentunya tidak akan mungkin turun ke neraka menurut tubuh, sebab tubuh-Nya ada dalam kubur. Jika seandainya Ia sungguh-sungguh turun ke neraka, maka yang paling mungkin adalah jiwa-Nya, dan itu berarti bahwa hanya setengah dari natur manusiawinya yang mengalami kehinaan ini (atau kemuliaan). Juga, sejauh Kristus belum bangkit dari antara orang mati, maka belumlah tiba waktunya untuk memasuki perjalanan kemenangan seperti yang dianggap kaum Lutheran. Dan akhirnya, pada saat kematian-Nya Kristus menyerahkan Roh-Nya kepada Bapa. Hal ini tampaknya menunjukkan bahwa Ia akan menjadi pasif bukannya aktif sejak kematian-Nya sampai kebangkitan-Nya dari kubur. Secara keseluruhan tampaknya yang terbaik adalah menggabungkan dua pemikiran:
a. bahwa Kristus menderita sakitnya neraka sebelum kematian-Nya, di Getsemani dan di atas salib; dan
b. bahwa Ia memasuki kehinaan kematian yang terdalam.
Soal Turun Dalam Kerajaan Maut :
Terutama ada 4 ayat dalam Alkitab yang harus kita perhatikan di sini:
1. Efesus 4:9, "Bukankah `Ia telah naik` berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?" Mereka yang mencari dukungan dari ayat ini menganggap perkataan "turun ke bagian bumi paling bawah" sama artinya dengan "kerajaan maut". Akan tetapi tafsiran semacam ini masih diragukan. Rasul Paulus berpendapat bahwa kenaikan Kristus memberikan presuposisi turun. Namun, lawan dari kenaikan Kristus ke surga adalah inkarnasi, bandingkan Yohanes 3:13. Sebagian besar para penafsir Alkitab menganggap bahwa kalimat "bagian bumi yang paling bawah" adalah bumi itu saja. Pernyataan itu dapat diperoleh dari Mazmur 139:15 dan lebih menunjuk pada inkarnasi.
2. 1 Petrus 3:18,19, yang membicarakan tentang Kristus "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi "memberitakan maklumat" kepada roh-roh di dalam penjara", Yesus Kristus memproklamirkan kemenangan-Nya kepada roh-roh di dalam penjara (ada masalah terjemahan pada ayat ini, lihat penjelasan disini). Ayat inilah yang dianggap menunjuk kepada Kristus yang turun ke dalam kerajaan maut dan menyatakan tujuan tindakan itu. Roh yang disebutkan itu kemudian dianggap sebagai jiwa Kristus dan "memproklamirkan kemenangan-Nya" ini dianggap terjadi antara kematian dan kebangkitan-Nya. Tetapi ini pun sama tak mungkinnya dengan yang lain. Roh yang disebutkan bukanlah jiwa Kristus, melainkan Roh yang mengaktifkannya, dan oleh Roh pemberi hidup yang sama itulah Kristus "memberitakan maklumat". Pandangan Protestan yang umum akan ayat ini adalah bahwa di dalam Roh, Kristus "memproklamirkan kemenangan-Nya" melalui Nuh, pada orang-orang yang tidak taat yang hidup sebelum masa air bah. Roh-roh itu ada di dalam penjara ketika Petrus menulis surat ini, oleh karena itu dapat dianggap demikian. Bavinck menganggap hal ini tidak dapat diterima dan menafsirkan ayat ini menunjuk kepada kenaikan Tuhan Yesus, yang dianggapnya sebagai "memberitakan maklumat" yang kaya, penuh kemenangan, dan kuasa pada roh-roh yang di penjara.
3. 1 Petrus 4:4-6, terutama ayat 6, yang berbunyi: "Itulah sebabnya maka "Injil" (kabar baik) telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka sama seperti semua manusia dihakimi secara badani; tetapi oleh Roh dapat hidup menurut kehendak Allah" (lihat penjelasan disini). Dalam kaitan ini Petrus memperingatkan para pembaca bahwa mereka tidak boleh hidup seluruhnya dalam daging dan nafsu manusia, tetapi menurut kehendak Allah, bahkan juga jika mereka harus menentang kawan-kawan mereka yang lama dan dihina oleh mereka, sebab mereka harus mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka di hadapan Tuhan, yang siap menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Bagaimanapun juga Petrus membicarakan roh-roh yang sama yang dipenjarakan, yang disebut dalam pasal sebelumnya.
4. Ada kesimpulan bahwa jiwa Kristus berada dalam Hades (alam maut/ kerajaan maut) sebelum kebangkitan-Nya. Akan tetapi kita harus memperhatikan hal berikut ini:
Yesus masuk ke dalam alam maut, itu betul, karena pada kenyataannya Ia memang mati secara tubuh, tetapi apakah Ia terikat pada alam tersebut selama 3 hari? Jangan lupa, sebagai Allah, Yesus Kristus itu "Maha-hadir", saat mayat-Nya ada di dalam kubur, Dia pun pergi memproklamirkan kemenangan-Nya atas maut kepada roh-roh di dalam penjara (1 Petrus 3:19-20). Sebagai Allah, Yesus Kristus tidak dibatasi oleh ruang dan waktu (kecuali jika anda menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah Allah). Harus kita perhatikan bahwa ada ayat yang menulis bahwa Dia pun ada di Firdaus pada hari kematianNya:
5. Lukas 23:43
LAI TB, Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
KJV, And Jesus said unto him, Verily I say unto thee, To day shalt thou be with me in paradise.
TR, και ειπεν αυτω ο ιησους αμην λεγω σοι σημερον μετ εμου εση εν τω παραδεισω
Translit Interlinear, kai {dan} eipen {Dia berkata} autô {kepadanya} ho iêsous {Yesus} amên {amin (sesungguhnya)} legô {Aku berkata} soi {kepadamu} sêmeron {hari ini} met {bersama} emou {Aku} esê {engkau ada} en {didalam} tô paradeisô {Firdaus}
Dapat kita lihat frasa "Aku berkata kepadamu sesungguhnya hari ini", jadi Yesus berkata "hari ini" dengan pengertian bukan kemarin dan bukan esok, Ia bisa berada di Firdaus.
Posted by 06:23 and have
0
komentar
, Published at
No comments:
Post a Comment